Kamis, 21 Mei 2015

Cerpen Kimia tentang Koloid "KOLOID YANG MENEMUKAN JATI DIRI"



KOLOID YANG MENEMUKAN JATI DIRI

Pagi itu, mentari menyinari seluruh ruangan kamar seseorang melewati celah lubang ventilasi.Cuaca memang cerah untuk hari ini. Tidak seperti hari-hari sebelumnya yang mendung maupun hujan. Seseorang keluar dari kamar mandi setelah membersihkan badannya. Dan segera pergi ke dapur menemui ibunya dan bertujuan untuk sarapan bersama ibunya. Ini adalah hari pertamanya untuk kuliah di PTN yang ia inginkan sejak dulu. Beruntunglah dia karena diterima di PTN tersebut, karena banyak siswa maupun temannya yang tidak diterima di PTN yang sama.
“Koloid ! Cepat sarapan dan bersiap-siaplah berangkat kuliah nak !” Kata ibunya yang sedang menyiapkan sarapan untuk Koloid.
“Iya sebentar bu.” (Sambil merapikan bajunya)
Koloid pun duduk disamping ibunya yang berada dimeja makan. Ia memang dekat dengan ibunya. Dan setelah Ia makan, Ia ingin mengatakan sesuatu pada ibunya.
“Bu, apakah aku tidak menyusahkan ibu?” Koloid mengatakannya dengan gugup.
“Maksud kamu apa nak? Mengapa kamu berkata seperti itu?” Ibunya berkata sambil mengerutkan dahinya bertanda Ia bingung.
“Maksudku, bukankah keluarga kita hidup pas-pasan bu? Mengapa ibu mau mendukungku untuk terus melanjutkan sekolahku bu? Aku kasihan pada ibu. Setelah ayah tiada ibu yang menjadi tulang punggung keluarga. Seharusnya aku membantu ibu untuk bekerja bu.”
“Nak, ibu berterima kasih karena kamu ingin membantu ibu untuk bekerja, tetapi ibu lebih menginginkan kamu untuk melanjutkan sekolahmu nak. Kamu itu anak yang pintar. Bukankah banyak siswa yang tidak diterima di PTNmu sekarang? Sedangkan kau diterima. Dan nilai sekolah mu bagus. Lagipula kamulah semangat ibu untuk selalu mengerjakan pekerjaan ibu. Karena kamu bisa membuat ibu lebih kuat, kebahagiaan ibu adalah melihat kamu bahagia nak, kebahagiaan ibu adalah melihat kamu sukses . Jangan kau khawatirkan tentang biaya nak. Ibu akan berusaha untuk itu. Gapailah cita-citamu nak. Dan buat Ibumu ini bangga, buatlah ibumu ini tmerasa berhasil untuk membesarkanmu seorang diri.” Ibunya koloid berkata sambil menatap penuh dengan harapan kepada putranya itu.
“Maafkan aku bu, karena telah berkata seperti itu, aku akan buktikan pada ibu bahwa aku mampu untuk membuat ibu bangga dan tidak menyesal karena telah menyekolahkanku, dan telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang. Aku sayang ibu.” Kata Koloid sambil memeluk ibunya.
“Iya nak, Ibu percaya kamu mampu.” Sambil mengelus kepala Koloid.
“Iya bu, sekarang aku akan pergi kuliah. Assalamu’alaikum bu.” Sambl mencium tangan ibunya.
“Waalaikumsalam, hati-hati dijalan nak, do’a ibu menyertaimu.”
Koloid pun mengayuh sepedanya menuju kuliah dengan penuh rasa semangat dan tak lupa berdo’a sebelum berangkat. Jarak rumah ke kuliahnya memang lumayan jauh, yaitu 9 Km, tetapi itu tidak menjadi masalah untuk pergi ke kuliah dengan menggunakan sepeda. Ibunya ialah alasan mengapa ia tidak pernah mengeluh untuk melakukan itu, karena dalam pikirannya Ia hanya ingin membahagiakan ibunya yang telah susah payah untuk membesarkan dan menyekolahkan dirinya sampai keperguruan tinggi. Ibunya hanyalah seorang petani, namun dengan penuh rasa sayang terhadapnya, ibunya mampu untuk memberikan yang terbaik terhadap putranya.

***

Sesampainya dikampus, Koloid menuju ke kelasnya. Namun belum ada jadwal dosen yang mengajar. Karena hari masih pagi dan saat itu memang hari pertamanya kuliah. Koloid merasa senang karena bisa masuk PTNnya sekarang. Karena PTN yang ia tempati ialah PTN yang sangat ia impikan. Ia pun mencoba berkenalan dengan teman-teman sekelasnya.
“Kenalkan nama saya Koloid.” Ia menjulurkan tangannya kepada salah seorang mahasiswa yang berada dikelasnya. Ia memang tidak merasa malu untuk mengucapkannya terlebih dahulu, karena Ia adalah orang yang ramah dan tidak mengenal kata gengsi.
“Nama saya Larutan.” Ucapna sambil tersenyum terhadap koloid.
“ Maukah kamu menjadi temanku?” Ucap Koloid dengan senyuman yang manis dan nada yang lembut.
“Tentu saja, senang berkenalan denganmu. Kelihatannya kamu orang yang ramah”
“Mengapa kamu berkata demikian?”
“Karena kamu tidak merasa malu untuk mengenalkan dirimu terlebih dahulu.”
“Baiklah, semoga kita dapat menjadi teman yang baik.”
“Iya Koloid, itu kan namamu?”
“Iya benar larutan” Ucap Koloid dengan ramah. Percakapan itu berhenti ketika ada dosen yang masuk ke kelas mereka.

***

Hari demi hari terus berlalu. Siang itu Koloid pulang kuliah lebih awal, dan Ia pun sedang berada dirumah sahabatnya yang bernama Suspensi. Koloid mempunyai banyak Sahabat maupun teman karena Ia ramah, mudah bergaul dan suka menolong temannya yang sedang kesulitan tanpa memandang status maupun kepintarannya. Tiba-tiba Suspensi teringat sesuatu dan mengatakannya kepada Koloid.
“Apakah kamu sudah mengerjakannya?” Tanya Suspensi.
“Mengerjakan apa maksudmu?” Koloid bertanya kembali kepada Suspensi dengan kening mengkerut bertanda Ia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Sahabatnya itu.
“Itu, apakah kamu tidak ingat. Kita diberi tugas oleh dosen untuk membuat sebuah penemuan maupun karya-karya yang  menarik yang belum pernah ada sebelumnya.”
“Oh itu, tentu saja aku ingat, bahkan aku sudah menemukannya.” Ucap Koloid dengan yakin dan senyuman.
“Betulkah? Kau memang anak yang rajin dan cerdas. Bahkan Dosen baru memerintahnya minggu lalu,dan waktunya masih lama.” Ucap Suspensi dengan kagum.
“Jangan memujiku seperti itu, bahkan kau belum melihat karyaku.”
“Aku yakin karyamu bagus, kau begitu rajin untuk mengerjakannya, sedangkan aku ide saja belum ada.”
“Jangan berbicara seperti itu, Aku yakin kau bisa. Percayalah pada dirimu sendiri. Bagaimana orang lain bisa percaya padamu apabila kau sendiri tidak yakin dengan kemampuanmu.” Ucap Koloid yang bertujuan menyemangati sahabatnya itu.
“Apakah kau tahu, mahasiswa yang mempunyai karya terbaik akan diikut sertakan dalam lomba bulan depan.”
“Lomba apa?” tanya Koloid.
“Ya tentu saja lomba mahasiswa berprestasi dan yang mengenai penemuan-penemuan baru. Jika aku yang terbaik pasti aku sangat bangga. Karena bila aku menang, Bukan hanya beasiswa saja yang aku dapat, tetapi aku akan dijamin kerja oleh pemerintah, pasti orangtuaku akan sangat bangga padaku.” Ucap Suspensi dengan penuh harapan.
“Apakah kau yakin tentang itu?” Tanya Koloid dengan rasa tidak percaya.
“Mengapa tidak, untuk apa aku berbohong. Kemarin ada dosen yang mengatakannya sendiri saat kau tidak ada dikelas.”
“Aku sedang kemana saat itu?” Tanya Koloid.
“Kau sedang ke toilet bersama larutan kemarin, apakah kau ingat?”
“Tentu saja aku ingat.” Ucap Koloid dengan yakin.
Percakapan itu pun terus berlanjut sampai waktu tidak mengijinkan lagi Koloid untuk berada dirumah Suspensi karena waktu telah menunjukan pukul 16.00, Koloid pun bergegas pulang, karena akan membantu ibunya dirumah.

***
Sore itu setelah Koloid solat magrib bersama ibunya Ia pun memikirkan apa yang Sahabatnya tadi ucapkan, bahwa yang memiliki karya terbaik akan mengikuti lomba, dan yang menang akan mendapatkan beasiswa sampai lulus kuliah. Ia pun berniat untuk kembali membuat karya-karya yang ia perlukan, dan nanti yang terbaik yang akan diberikan kepada dosennya sebagai salah satu syarat tugas dan syarat mengikuti lomba nanti. Ia pun berbicara dalam hati.
‘Semoga aku menang dan mendapat beasiswa itu, agar ibu tidak usah kerja dengan penuh beban untuk membiayaiku. Dan semoga aku nanti mendapat pekerjaan yang baik dan mendapatkan jati diriku yang sesungguhnya. Agar aku bisa mengangkat derajat Ibuku. Pasti Ibu bangga apabila aku memenangkan lomba itu dan mendapat kerja yang layak.’
Lamunan itu buyar ketika ibu Koloid memanggilnya untuk segera makan malam bersamanya.
***
Setelah makan malam berakhir Ia pun mencoba karya-karyanya yang akan diberikan kepada dosen di kuliahnya. Tanpa pikir panjang ia memberinama partikel-partikel yang ada dengan sebutan Koloid, sesuai dengan namanya. Dan karyanya ialah tentang  “Peranan Koloid dalam Kehidupan.”
Karyanya ialah membuat sebuah tempat “Penjernihan Air”. Benda-benda yang Ia pakai ialah tawas, kaporit, pasir halus, pasir kasar, kerikil, kerakal, ijuk, arang dan batu kapur. Adapun tawas bekerja sebagai koagulasi dan Absorbsi untuk mengendapkan.Kaporit untuk membunuh kuman. Pasir halus, pasir kasar,Ijuk, arang, kerikil dan kerakal sebagai filtrasi/penyerapan. Dan batu kapur untuk menaikan Ph air agar pH=7.
Penjelasan lebih lanjut mengenai karyanya ialah sebagai berikut :
Ø Pemisahan partikel-partikel koloid dari air bersih dilakukan dengan cara koagulasi, yaitu dengan penambahan partikel sol pembawa muatan negatif,misalnya tawas atau alum Kalium Aluminium sulfat. Pada saat tawas ditambahkan kedalam air,terbentuklah endapan gelatin aluminium hidroksida hidrat (floks) yang bermuatan positif
Ø Muatan positif floks menarik partikel sol yang bermuatan negatif membentuk suatu koagulan dan mengendap. Sebagian tawas yang tidak larut dalam air mengendap sebagai Al(OH)3 yang dapat mengurung koloid dan membawanya mengendap (Umumnya paling efisien) keuntungan lain ialah terjadinya flokulasi, antara lain zat warna sedikit fosfat dan ion-ion logam ikut terendapkan bersama floks-floks Al(OH)3.

***
Hari itu pun tiba, hari dimana Koloid harus menyerahkan karyanya kepada dosen yang memintanya. Sebelum berangkat ke Sekolah Ia pun meminta izin kepada ibunya dan meminta Do’a agar karyanya menjadi yang terbaik dan Ia bisa mengikuti lomba yang Ia inginkan.
“Bu, aku akan berangkat, aku meminta do’a dari ibu.” Koloid mengatakannya dengan rasa penuh harap.
“Tentu saja nak, do’a ibu selalu menyertaimu.” Ucap Ibunya koloid dengan lembut dan mengusap kepala Koloid.
“Terimakasih bu, Assalamu’alaikum.” Koloid mencium tangan ibunya dan memberi salam sebelum berangkat kuliah.
“Iya hati-hati nak.”
Koloid berangkat dan mengayuh sepedanya. Ibunya memperhatikan Koloid berangkat sampai Koloid tidak terlihat lagi karena sudah melewati persimpangan jalan. Dan ibu Koloid berdo’a didalam hati. ‘Ya Allah, semoga anakku menjadi orang yang sukses, semoga Ia bisa menjadi orang selalu taat pada-Mu, orang yang bisa membuatku bangga suatu hari nanti, dan aku sangat menyayanginya. Lancarkanlah Ia hari ini Ya Allah’ Ucap ibu Koloid didalam hati.

***
Koloid tiba disekolah dengan lelah karena telah mengayuh sepeda dengan jarak yang jauh. Namun semangatnya selalu ada, didalam hatinya pun Ia selalu berdo’a semoga Ia bisa memenangkan karya terbaik dan mengikuti lomba.
Sampai dikelasnya Ia menemui Suspensi dan larutan untuk membicarakan karya-karyanya. Setelah itu merekan mengumpulka karya-karya tersebut kepada dosen yang memintanya. Tak lama setelah itu pembelajaran pun dimulai dan mereka dengan khusu belajar, karena mereka tahu apabila mereka tidak belajar dengan sungguh-sungguh itu hanya membuat mereka sendiri merasa bersalah, bagaimana mungkin mereka tidak serius belajar, mereka tahu bahwa mereka kuliah dengan biaya yang tidak murah dan dengan penuh perjuangan.

***
Sore itu Koloid membantu ibunya disawah, Ibunya membutuhkan bantuan dikarenakan masa panen telah tiba. Alhamdulillah padi yang dipanen tahun ini cukup banyak. Dan itu nanti sebagian akan dijual untuk membiayai kuliah Koloid, dan sebagian untuk bertahan hidup, yaitu untuk makan dan sebagainya.
“Alhamdulillah ya bu, masa panen yang sekarang hasilnya melimpah ruah.” Ucap Koloid dengan gembira dan senyuman yang mengembang dibibirnya.
“Iya nak, ibu juga bersyukur hasil panennya melimpah.” Jawab Ibunya Koloid dengan nada yang lembut.
“Iya bu, tapi nanti setelah ini selesai aku mau ke rumah larutan ya bu.”
“Mau apa nak? Apakah ada tugas yang harus kamu selesaikan? Jika benar ibu pasti mengizinkanmu nak.” Jawab ibunya Koloid.
“Tidak bu, bukan untuk mengerjakan tugas”
“Lalu untuk apa kamu kesana nak ?”
“Larutan berkata bahwa ada pengumuman lewat e-mail siapa yang memenangkan karya terbaik di Kampusku bu. Aku ingin melihat bersamanya bu.”
“Baiklah ibu izinkan, tapi hati-hati ya nak.”
“Tentu bu,  aku akan hati-hati.” Ucap koloid dengan senyuman.

***
Setelah Koloid membantu Ibunya, Ia pun segera membersihkan diri, makan, solat dan sebagainya dan segera menuju rumah sahabatnya yaitu Larutan.
“Bu aku pergi dulu yah bu,Do’akan semoga aku yang menang.” Ucap Koloid dengan penuh harap.
“Tentu nak, ibu akan mendo’akanmu.” Ucap ibunya Koloid dengan senyman yang mengembang dibibirnya.
Setelah itu Koloid mengayuh sepedanya menuju rumah Larutan dengan berharap semoga Ia yang akan menang.
***
Sesampainya dirumah larutan, entah mengapa Ia merasakan hal yang aneh dengan Larutan karena Larutan langsung memeluknya dengan erat dan berkata selamat. Ternyata Koloidlah yang memenangkan Lomba di Kampus mereka.
“Selamat Koloid, kamu memang anak yang pandai.” Ucap Larutan sambil memeluknya dengan erat.
“Apa maksudmu? Apakah kau sudah melihat e-mail yang diberikan dosen?” Tanyanya kebingungan.
“Tentu Koloid.” Ucap Larutan tersenyum.
“Lalu mengapa kau mengucapkan selamat kepadaku?, apakah aku yang memenangkannya?” Ucap Koloid dengan nada yang masih kebingungan.
“Iya Koloid, Kau yang memenangkannya.” Ucap Larutan dengan raut muka yang meyakinkan.
“Sungguh?” Ucap Koloid dengan mulut yang ditutupi oleh tangan kanannya dan mata yang berbinar.
“Iya Koloid, selamat ya sahabatku.” Ucap Larutan sambil memeluk kembali sahabatnya itu.
Mereka berdua kemudian melanjutkan pembicaraan mereka sampai Koloid harus pulang karena waktu yang sudah tidak mengijinkannya berada disana.

***
Keesokan harinya Koloid bertemu dengan dosen yang mengumumkan kemenangan Koloid melalui e-mailnya itu. Dan Koloid diharuskan mengikuti lomba yang akan dilaksankan minggu depan.
Waktu terasa singkat, Lomba yang dilaksanakan oleh Koloid telah berlalu. Ia pun menunggu pengumuman hasil lombanya itu bersama dosen di Kampusnya. Dan memang benar bahwa Koloid adalah anak yang rajin serta pandai, bagaimana tidak, Ia kembali memenangkan lombanya dan mendapatkan beasiswa yang Ia inginkan sejak dulu. Ia pun pulang kerumahnya dengan gembira.
“Assalamu’alaikum bu” Ucap Koloid sambil mencari Ibunya.
“Waalaikumsalam nak, ada apa? Tampaknya kau sangat berbahagia hari ini?” Ucap ibunya Koloid dengan nada bingung.
“Bagaimana tidak bu, aku memenangkan lombanya, dan aku akan mendapatkan beasiwa selama aku kuliah bu, dan bukan hanya itu saja bu, aku akan mendapat pekerjaan yang layak setelah aku lulus nanti, ibu senangkan mendengar kabar gembira dariku? Nanti ibu tidak usah bekerja susah payah lagi untuk membiayai Kuliahku.” Dengan nada gembira Koloid mengucapkannya pada ibunya.
“Sungguh nak? Kau memang anak yang  berbakti pada ibu, Ibu sangat bangga terhadapmu nak.” Ucap Ibunya Koloid sambil memeluk anaknya tersebut dan mengelus kepala anaknya.
“Benar bu, Koloid kan sudah janji akan membuat ibu bangga dan bahagia, mana mungkin Koloid melupakan itu. Terima kasih bu sudah merawat Koloid sampai sekarang bu, Koloid sangat sayang pada ibu.”
“Tentu ibu juga sangat sayang padamu nak.” Ucap ibu Koloid dengan meneteskan air mata bahagianya itu.
Dan ibunya Koloid brkata dalam hati ’Terima kasih Ya Allah, kau telah memberikan kebahagiaan yang tiada tara bagiku dan anakku, terima kasih kau telah memberikan karunia-Mu padaku seorang anak yang berbakti padaku dan membuatku bangga, hal yang membuatku bangga ialah melihat anakku sukses dan bahagia bersamaku, Terima kasih Ya Allah.”
Dan akhirnya Koloid dan Ibunya hidup bahagia. Dan Jati diri Koloid pun Sudah Ia temukan dengan usaha dan kerja kerasnya.
Jalan kehidupan seseorang pasti akan berakhir sesuai apa yang ia kerjakan, begitupun dengan Koloid dan Ibunya, siapa yang menanam kebaikan pasti akan menuai kebaikan pula.Dan Akhirnya siapapun dapat menentukan nasibnya sendiri. Karena takdir kehidupan akan berjalan sesuai apa yang seseorang lakukan.

0 komentar on "Cerpen Kimia tentang Koloid "KOLOID YANG MENEMUKAN JATI DIRI""

Posting Komentar

 

Lisa Dewi Fitriani Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez