KOLOID YANG MENEMUKAN JATI DIRI
Pagi itu, mentari menyinari seluruh ruangan
kamar seseorang melewati celah lubang ventilasi.Cuaca memang cerah untuk hari
ini. Tidak seperti hari-hari sebelumnya yang mendung maupun hujan. Seseorang
keluar dari kamar mandi setelah membersihkan badannya. Dan segera pergi ke
dapur menemui ibunya dan bertujuan untuk sarapan bersama ibunya. Ini adalah hari
pertamanya untuk kuliah di PTN yang ia inginkan sejak dulu. Beruntunglah dia
karena diterima di PTN tersebut, karena banyak siswa maupun temannya yang tidak
diterima di PTN yang sama.
“Koloid ! Cepat sarapan dan bersiap-siaplah
berangkat kuliah nak !” Kata ibunya yang sedang menyiapkan sarapan untuk
Koloid.
“Iya sebentar bu.” (Sambil merapikan
bajunya)
Koloid pun duduk disamping ibunya yang
berada dimeja makan. Ia memang dekat dengan ibunya. Dan setelah Ia makan, Ia
ingin mengatakan sesuatu pada ibunya.
“Bu, apakah aku tidak menyusahkan ibu?”
Koloid mengatakannya dengan gugup.
“Maksud kamu apa nak? Mengapa kamu berkata
seperti itu?” Ibunya berkata sambil mengerutkan dahinya bertanda Ia bingung.
“Maksudku, bukankah keluarga kita hidup
pas-pasan bu? Mengapa ibu mau mendukungku untuk terus melanjutkan sekolahku bu?
Aku kasihan pada ibu. Setelah ayah tiada ibu yang menjadi tulang punggung
keluarga. Seharusnya aku membantu ibu untuk bekerja bu.”
“Nak, ibu berterima kasih karena kamu ingin
membantu ibu untuk bekerja, tetapi ibu lebih menginginkan kamu untuk
melanjutkan sekolahmu nak. Kamu itu anak yang pintar. Bukankah banyak siswa
yang tidak diterima di PTNmu sekarang? Sedangkan kau diterima. Dan nilai
sekolah mu bagus. Lagipula kamulah semangat ibu untuk selalu mengerjakan
pekerjaan ibu. Karena kamu bisa membuat ibu lebih kuat, kebahagiaan ibu adalah
melihat kamu bahagia nak, kebahagiaan ibu adalah melihat kamu sukses . Jangan
kau khawatirkan tentang biaya nak. Ibu akan berusaha untuk itu. Gapailah
cita-citamu nak. Dan buat Ibumu ini bangga, buatlah ibumu ini tmerasa berhasil
untuk membesarkanmu seorang diri.” Ibunya koloid berkata sambil menatap penuh
dengan harapan kepada putranya itu.
“Maafkan aku bu, karena telah berkata
seperti itu, aku akan buktikan pada ibu bahwa aku mampu untuk membuat ibu
bangga dan tidak menyesal karena telah menyekolahkanku, dan telah membesarkanku
dengan penuh kasih sayang. Aku sayang ibu.” Kata Koloid sambil memeluk ibunya.
“Iya nak, Ibu percaya kamu mampu.” Sambil
mengelus kepala Koloid.
“Iya bu, sekarang aku akan pergi kuliah.
Assalamu’alaikum bu.” Sambl mencium tangan ibunya.
“Waalaikumsalam, hati-hati dijalan nak, do’a
ibu menyertaimu.”
Koloid pun mengayuh sepedanya menuju kuliah
dengan penuh rasa semangat dan tak lupa berdo’a sebelum berangkat. Jarak rumah
ke kuliahnya memang lumayan jauh, yaitu 9 Km, tetapi itu tidak menjadi masalah
untuk pergi ke kuliah dengan menggunakan sepeda. Ibunya ialah alasan mengapa ia
tidak pernah mengeluh untuk melakukan itu, karena dalam pikirannya Ia hanya
ingin membahagiakan ibunya yang telah susah payah untuk membesarkan dan
menyekolahkan dirinya sampai keperguruan tinggi. Ibunya hanyalah seorang
petani, namun dengan penuh rasa sayang terhadapnya, ibunya mampu untuk
memberikan yang terbaik terhadap putranya.
***
Sesampainya dikampus, Koloid menuju ke
kelasnya. Namun belum ada jadwal dosen yang mengajar. Karena hari masih pagi
dan saat itu memang hari pertamanya kuliah. Koloid merasa senang karena bisa
masuk PTNnya sekarang. Karena PTN yang ia tempati ialah PTN yang sangat ia
impikan. Ia pun mencoba berkenalan dengan teman-teman sekelasnya.
“Kenalkan nama saya Koloid.” Ia menjulurkan
tangannya kepada salah seorang mahasiswa yang berada dikelasnya. Ia memang
tidak merasa malu untuk mengucapkannya terlebih dahulu, karena Ia adalah orang
yang ramah dan tidak mengenal kata gengsi.
“Nama saya Larutan.” Ucapna sambil tersenyum
terhadap koloid.
“ Maukah kamu menjadi temanku?” Ucap Koloid
dengan senyuman yang manis dan nada yang lembut.
“Tentu saja, senang berkenalan denganmu.
Kelihatannya kamu orang yang ramah”
“Mengapa kamu berkata demikian?”
“Karena kamu tidak merasa malu untuk
mengenalkan dirimu terlebih dahulu.”
“Baiklah, semoga kita dapat menjadi teman
yang baik.”
“Iya Koloid, itu kan namamu?”
“Iya benar larutan” Ucap Koloid dengan
ramah. Percakapan itu berhenti ketika ada dosen yang masuk ke kelas mereka.
***
Hari demi hari terus berlalu. Siang itu
Koloid pulang kuliah lebih awal, dan Ia pun sedang berada dirumah sahabatnya
yang bernama Suspensi. Koloid mempunyai banyak Sahabat maupun teman karena Ia
ramah, mudah bergaul dan suka menolong temannya yang sedang kesulitan tanpa
memandang status maupun kepintarannya. Tiba-tiba Suspensi teringat sesuatu dan
mengatakannya kepada Koloid.
“Apakah kamu sudah mengerjakannya?” Tanya
Suspensi.
“Mengerjakan apa maksudmu?” Koloid bertanya
kembali kepada Suspensi dengan kening mengkerut bertanda Ia tidak mengerti apa
yang dikatakan oleh Sahabatnya itu.
“Itu, apakah kamu tidak ingat. Kita diberi
tugas oleh dosen untuk membuat sebuah penemuan maupun karya-karya yang menarik yang belum pernah ada sebelumnya.”
“Oh itu, tentu saja aku ingat, bahkan aku
sudah menemukannya.” Ucap Koloid dengan yakin dan senyuman.
“Betulkah? Kau memang anak yang rajin dan
cerdas. Bahkan Dosen baru memerintahnya minggu lalu,dan waktunya masih lama.” Ucap
Suspensi dengan kagum.
“Jangan memujiku seperti itu, bahkan kau
belum melihat karyaku.”
“Aku yakin karyamu bagus, kau begitu rajin
untuk mengerjakannya, sedangkan aku ide saja belum ada.”
“Jangan berbicara seperti itu, Aku yakin kau
bisa. Percayalah pada dirimu sendiri. Bagaimana orang lain bisa percaya padamu
apabila kau sendiri tidak yakin dengan kemampuanmu.” Ucap Koloid yang bertujuan
menyemangati sahabatnya itu.
“Apakah kau tahu, mahasiswa yang mempunyai
karya terbaik akan diikut sertakan dalam lomba bulan depan.”
“Lomba apa?” tanya Koloid.
“Ya tentu saja lomba mahasiswa berprestasi
dan yang mengenai penemuan-penemuan baru. Jika aku yang terbaik pasti aku
sangat bangga. Karena bila aku menang, Bukan hanya beasiswa saja yang aku
dapat, tetapi aku akan dijamin kerja oleh pemerintah, pasti orangtuaku akan
sangat bangga padaku.” Ucap Suspensi dengan penuh harapan.
“Apakah kau yakin tentang itu?” Tanya Koloid
dengan rasa tidak percaya.
“Mengapa tidak, untuk apa aku berbohong.
Kemarin ada dosen yang mengatakannya sendiri saat kau tidak ada dikelas.”
“Aku sedang kemana saat itu?” Tanya Koloid.
“Kau sedang ke toilet bersama larutan
kemarin, apakah kau ingat?”
“Tentu saja aku ingat.” Ucap Koloid dengan
yakin.
Percakapan itu pun terus berlanjut sampai
waktu tidak mengijinkan lagi Koloid untuk berada dirumah Suspensi karena waktu
telah menunjukan pukul 16.00, Koloid pun bergegas pulang, karena akan membantu
ibunya dirumah.
***
Sore itu setelah Koloid solat magrib bersama
ibunya Ia pun memikirkan apa yang Sahabatnya tadi ucapkan, bahwa yang memiliki
karya terbaik akan mengikuti lomba, dan yang menang akan mendapatkan beasiswa
sampai lulus kuliah. Ia pun berniat untuk kembali membuat karya-karya yang ia
perlukan, dan nanti yang terbaik yang akan diberikan kepada dosennya sebagai
salah satu syarat tugas dan syarat mengikuti lomba nanti. Ia pun berbicara
dalam hati.
‘Semoga aku menang dan mendapat beasiswa itu,
agar ibu tidak usah kerja dengan penuh beban untuk membiayaiku. Dan semoga aku
nanti mendapat pekerjaan yang baik dan mendapatkan jati diriku yang
sesungguhnya. Agar aku bisa mengangkat derajat Ibuku. Pasti Ibu bangga apabila
aku memenangkan lomba itu dan mendapat kerja yang layak.’
Lamunan itu buyar ketika ibu Koloid
memanggilnya untuk segera makan malam bersamanya.
***
Setelah makan malam berakhir Ia pun mencoba
karya-karyanya yang akan diberikan kepada dosen di kuliahnya. Tanpa pikir
panjang ia memberinama partikel-partikel yang ada dengan sebutan Koloid, sesuai
dengan namanya. Dan karyanya ialah tentang “Peranan Koloid dalam Kehidupan.”
Karyanya ialah membuat sebuah tempat
“Penjernihan Air”. Benda-benda yang Ia pakai ialah tawas, kaporit, pasir halus,
pasir kasar, kerikil, kerakal, ijuk, arang dan batu kapur. Adapun tawas bekerja
sebagai koagulasi dan Absorbsi untuk mengendapkan.Kaporit untuk membunuh kuman.
Pasir halus, pasir kasar,Ijuk, arang, kerikil dan kerakal sebagai
filtrasi/penyerapan. Dan batu kapur untuk menaikan Ph air agar pH=7.
Penjelasan lebih lanjut mengenai karyanya
ialah sebagai berikut :
Ø Pemisahan
partikel-partikel koloid dari air bersih dilakukan dengan cara koagulasi, yaitu
dengan penambahan partikel sol pembawa muatan negatif,misalnya tawas atau alum
Kalium Aluminium sulfat. Pada saat tawas ditambahkan kedalam air,terbentuklah
endapan gelatin aluminium hidroksida hidrat (floks) yang bermuatan positif
Ø Muatan
positif floks menarik partikel sol yang bermuatan negatif membentuk suatu
koagulan dan mengendap. Sebagian tawas yang tidak larut dalam air mengendap
sebagai Al(OH)3 yang dapat mengurung koloid dan membawanya mengendap (Umumnya
paling efisien) keuntungan lain ialah terjadinya flokulasi, antara lain zat
warna sedikit fosfat dan ion-ion logam ikut terendapkan bersama floks-floks
Al(OH)3.
***
Hari itu pun tiba, hari dimana Koloid harus
menyerahkan karyanya kepada dosen yang memintanya. Sebelum berangkat ke Sekolah
Ia pun meminta izin kepada ibunya dan meminta Do’a agar karyanya menjadi yang
terbaik dan Ia bisa mengikuti lomba yang Ia inginkan.
“Bu, aku akan berangkat, aku meminta do’a dari
ibu.” Koloid mengatakannya dengan rasa penuh harap.
“Tentu saja nak, do’a ibu selalu
menyertaimu.” Ucap Ibunya koloid dengan lembut dan mengusap kepala Koloid.
“Terimakasih bu, Assalamu’alaikum.” Koloid
mencium tangan ibunya dan memberi salam sebelum berangkat kuliah.
“Iya hati-hati nak.”
Koloid berangkat dan mengayuh sepedanya.
Ibunya memperhatikan Koloid berangkat sampai Koloid tidak terlihat lagi karena
sudah melewati persimpangan jalan. Dan ibu Koloid berdo’a didalam hati. ‘Ya
Allah, semoga anakku menjadi orang yang sukses, semoga Ia bisa menjadi orang
selalu taat pada-Mu, orang yang bisa membuatku bangga suatu hari nanti, dan aku
sangat menyayanginya. Lancarkanlah Ia hari ini Ya Allah’ Ucap ibu Koloid
didalam hati.
***
Koloid tiba disekolah dengan lelah karena
telah mengayuh sepeda dengan jarak yang jauh. Namun semangatnya selalu ada,
didalam hatinya pun Ia selalu berdo’a semoga Ia bisa memenangkan karya terbaik
dan mengikuti lomba.
Sampai dikelasnya Ia menemui Suspensi dan
larutan untuk membicarakan karya-karyanya. Setelah itu merekan mengumpulka karya-karya tersebut kepada dosen yang memintanya. Tak lama setelah itu
pembelajaran pun dimulai dan mereka dengan khusu belajar, karena mereka tahu
apabila mereka tidak belajar dengan sungguh-sungguh itu hanya membuat mereka
sendiri merasa bersalah, bagaimana mungkin mereka tidak serius belajar, mereka
tahu bahwa mereka kuliah dengan biaya yang tidak murah dan dengan penuh
perjuangan.
***
Sore itu Koloid membantu ibunya disawah,
Ibunya membutuhkan bantuan dikarenakan masa panen telah tiba. Alhamdulillah padi
yang dipanen tahun ini cukup banyak. Dan itu nanti sebagian akan dijual untuk
membiayai kuliah Koloid, dan sebagian untuk bertahan hidup, yaitu untuk makan dan
sebagainya.
“Alhamdulillah ya bu, masa panen yang
sekarang hasilnya melimpah ruah.” Ucap Koloid dengan gembira dan senyuman yang
mengembang dibibirnya.
“Iya nak, ibu juga bersyukur hasil panennya
melimpah.” Jawab Ibunya Koloid dengan nada yang lembut.
“Iya bu, tapi nanti setelah ini selesai aku
mau ke rumah larutan ya bu.”
“Mau apa nak? Apakah ada tugas yang harus
kamu selesaikan? Jika benar ibu pasti mengizinkanmu nak.” Jawab ibunya Koloid.
“Tidak bu, bukan untuk mengerjakan tugas”
“Lalu untuk apa kamu kesana nak ?”
“Larutan berkata bahwa ada pengumuman lewat
e-mail siapa yang memenangkan karya terbaik di Kampusku bu. Aku ingin melihat
bersamanya bu.”
“Baiklah ibu izinkan, tapi hati-hati ya
nak.”
“Tentu bu, aku akan hati-hati.” Ucap koloid dengan
senyuman.
***
Setelah Koloid membantu Ibunya, Ia pun
segera membersihkan diri, makan, solat dan sebagainya dan segera menuju rumah
sahabatnya yaitu Larutan.
“Bu aku pergi dulu yah bu,Do’akan semoga aku
yang menang.” Ucap Koloid dengan penuh harap.
“Tentu nak, ibu akan mendo’akanmu.” Ucap
ibunya Koloid dengan senyman yang mengembang dibibirnya.
Setelah itu Koloid mengayuh sepedanya menuju
rumah Larutan dengan berharap semoga Ia yang akan menang.
***
Sesampainya dirumah larutan, entah mengapa
Ia merasakan hal yang aneh dengan Larutan karena Larutan langsung memeluknya
dengan erat dan berkata selamat. Ternyata Koloidlah yang memenangkan Lomba di
Kampus mereka.
“Selamat Koloid, kamu memang anak yang
pandai.” Ucap Larutan sambil memeluknya dengan erat.
“Apa maksudmu? Apakah kau sudah melihat
e-mail yang diberikan dosen?” Tanyanya kebingungan.
“Tentu Koloid.” Ucap Larutan tersenyum.
“Lalu mengapa kau mengucapkan selamat
kepadaku?, apakah aku yang memenangkannya?” Ucap Koloid dengan nada yang masih
kebingungan.
“Iya Koloid, Kau yang memenangkannya.” Ucap
Larutan dengan raut muka yang meyakinkan.
“Sungguh?” Ucap Koloid dengan mulut yang
ditutupi oleh tangan kanannya dan mata yang berbinar.
“Iya Koloid, selamat ya sahabatku.” Ucap
Larutan sambil memeluk kembali sahabatnya itu.
Mereka berdua kemudian melanjutkan pembicaraan
mereka sampai Koloid harus pulang karena waktu yang sudah tidak mengijinkannya
berada disana.
***
Keesokan harinya Koloid bertemu dengan dosen
yang mengumumkan kemenangan Koloid melalui e-mailnya itu. Dan Koloid diharuskan
mengikuti lomba yang akan dilaksankan minggu depan.
Waktu terasa singkat, Lomba yang
dilaksanakan oleh Koloid telah berlalu. Ia pun menunggu pengumuman hasil
lombanya itu bersama dosen di Kampusnya. Dan memang benar bahwa Koloid adalah
anak yang rajin serta pandai, bagaimana tidak, Ia kembali memenangkan lombanya
dan mendapatkan beasiswa yang Ia inginkan sejak dulu. Ia pun pulang kerumahnya
dengan gembira.
“Assalamu’alaikum bu” Ucap Koloid sambil
mencari Ibunya.
“Waalaikumsalam nak, ada apa? Tampaknya kau
sangat berbahagia hari ini?” Ucap ibunya Koloid dengan nada bingung.
“Bagaimana tidak bu, aku memenangkan
lombanya, dan aku akan mendapatkan beasiwa selama aku kuliah bu, dan bukan
hanya itu saja bu, aku akan mendapat pekerjaan yang layak setelah aku lulus
nanti, ibu senangkan mendengar kabar gembira dariku? Nanti ibu tidak usah
bekerja susah payah lagi untuk membiayai Kuliahku.” Dengan nada gembira Koloid
mengucapkannya pada ibunya.
“Sungguh nak? Kau memang anak yang berbakti pada ibu, Ibu sangat bangga
terhadapmu nak.” Ucap Ibunya Koloid sambil memeluk anaknya tersebut dan
mengelus kepala anaknya.
“Benar bu, Koloid kan sudah janji akan
membuat ibu bangga dan bahagia, mana mungkin Koloid melupakan itu. Terima kasih
bu sudah merawat Koloid sampai sekarang bu, Koloid sangat sayang pada ibu.”
“Tentu ibu juga sangat sayang padamu nak.”
Ucap ibu Koloid dengan meneteskan air mata bahagianya itu.
Dan ibunya Koloid brkata dalam hati ’Terima
kasih Ya Allah, kau telah memberikan kebahagiaan yang tiada tara bagiku dan
anakku, terima kasih kau telah memberikan karunia-Mu padaku seorang anak yang
berbakti padaku dan membuatku bangga, hal yang membuatku bangga ialah melihat
anakku sukses dan bahagia bersamaku, Terima kasih Ya Allah.”
Dan akhirnya Koloid dan Ibunya hidup
bahagia. Dan Jati diri Koloid pun Sudah Ia temukan dengan usaha dan kerja
kerasnya.
Jalan kehidupan seseorang pasti akan
berakhir sesuai apa yang ia kerjakan, begitupun dengan Koloid dan Ibunya, siapa
yang menanam kebaikan pasti akan menuai kebaikan pula.Dan Akhirnya siapapun
dapat menentukan nasibnya sendiri. Karena takdir kehidupan akan berjalan sesuai
apa yang seseorang lakukan.
0 komentar on "Cerpen Kimia tentang Koloid "KOLOID YANG MENEMUKAN JATI DIRI""
Posting Komentar